Koto Baru Solok, PAB
Globalisasi tantangan dalam membangun keluarga Sakinah. Pernyataan singkat tersenut disampaiak oleh kakan kemenag kab. Solok Drs. H. Syahrul Wirda, MM pada peserta seminar sehari pembinaan adat Nagari Talang Kab. Solok 7-4-2012.
Dalam makalahnya ia juga menyampikan bahwa Problem paling berat untuk membangun keluarga sakinah di era global ini adalah dalam menghadapi penyakit “manusia modern”. Di era modern seperti sekarang ini tantangan berbagai godaan menyusup ke dalam kehidupan rumah tangga melalui teknologi komunikasi dan informasi yang cukup canggih. Melalui median ini sejak kecil, anak-anak tanpa disadari telah dijejali dengan berbagai kebudayaan yang menyimpang dari norma-norma sosial dan agama. Hal ini menjadikan peran pendidikan dalam keluarga tidak efektif lagi.
Budaya global yang didominasi oleh budaya Barat akan diserap dengan mudah oleh masyarakat dunia. Budaya dalam suatu masyarakat akan sangat berpengaruh pada pembentukan karakter keluarga. Pengaruh ini meliputi perilaku, gaya hidup dan aspek-aspek lain. Budaya Barat sangat menjunjung tinggi kebebasan pribadi untuk berekspresi, dan ini tentunya sangat berbeda dengan masyarakat Timur yang masih menjunjung nilai-nilai moral.
Setidaknya ada dua hal yang sering terjadi akibat kehidupan modern di era global ini, yaitu, Pertama, konsentrasi anggota keluarga, khususnya suami dan istri hanya terfokus untuk mencari kesenangan dalam kehidupan perkawinan dari pada berpikir tentang tanggung jawab. Beberapa pasangan menikah apabila mereka sepakat untuk mencari kesenangan dan kenikmatan saja. Jadi apabila kehidupan perkawinan itu tidak dapat lagi memberikan lagi apa mereka cari, maka mereka akan memilih jalan mereka sendiri-sendiri. Hal ini menimbulkan erosi kesakralan lembaga perkawinan, sehingga perceraian sebagai konsekuensinya menjadi suatu hal yang biasa. Anak-anak siapa saja yang lahir dari pasangan seperti itu, yaitu mengakhiri pernikahan dengan perceraian, hanya sedikit lebih beruntung dari pada anak-anak yatim piatu, yaitu mereka masih memiliki orang tua.
Kedua, putusnya sistem keluarga besar yang utuh. Hal ini dapat ditelusuri dari adanya gejala-gejala meningkatnya jumlah orang tua bahkan kekek nenek lanjut usia yang dikirim ke panti jompo yang terpisah dari kehidupan keluarga mereka sendiri. Padahal dalam sistem keluarga besar, kekek nenek pasti ada untuk memperhatikan cucu-cucu mereka. Tetapi dalam budaya masyarakat modern, terlebih di barat tempat mereka bukan lagi di tengah-tengah keluarga.
Untuk itu beliau menawarkan kepada peserta untuk menerapkan ajaran syarak/agama dalam membina keluarga. Karena Keluarga dalam pandangan Islam bukanlah sekedar tempat berkumpulnya orang-orang yang terikat karena perkawinan maupun keturunan. Akan tetapi mempunyai fungsi yang sedemikian luas. Oleh karena itu, untuk mempertahankan ekisistensi kehidupan keluarga sakinah salah satu alternatif yang sangat mungkin adalah memperdalam dan meng-intensif-kan penanaman dan pengamalan nilai-nilai ajaran agama dalam setiap anggota keluarga . Hal ini dilakukan dengan memperdalam pendidikan agama.
Pendidikan agama dalam rumah tangga tidak cukup hanya berupa pengajaran agama kepada anak tentang segi-segi ritual dan formal agama. Pengajaran ini, sebagaimana halnya yang ada di sekolah oleh guru agama,dalam rumah tangga pun dapat diperankan oleh orang lain, yaitu guru ngaji. Meskipun guru ngaji dapat bertindak sebagai pendidik agama, namun peran mereka tidak akan dapat menggantikan peran orang tua secara sempurna atau sepenuhnya. (rs)
Tidak ada komentar:
Poskan Komentar